< 200 > Aku Juga Orang

Ini sebuah kisah sebuah kehidupan.

Ada nyawa yang hidup dalam penjara halusinasi. Dindingnya trauma yang bukan ilusi. Nyawa yang mendiami di situ dikisahkan punya jiwa ampuh. Kekuatan yang terilham dari rotan-rotan liar. Biar ke seluruh ruang udara liuk lentur melintar dipukul hebat angin selatan. Diikutkan saja rentak dunia naskhah tulisanNYA. Sesekali jugalah dia mencium bumi, menyisir debu-debu, mencuri sedikit nutrisi padu.Selagi daunan tertulis “ajal” di LohMahfudz belum gugur khas untuknya, selagi itu akan diraih sisa tenaga. Hidup masih perlu dipacu. Walau penghabisannya samar-samar kelabu.

Benaknya hanya ada Ibu dan Ayah. Doa mereka umpama permata dari lautan terdalam tak bisa terselam. Melunaskan harapan keduanya bagai menambah anak tangga ke syurga. Ada lima manusia yang sentiasa jadi mainan di bibir.Katanya, “walau kami tumbuh dalam kantung yang sama,mereka yang lima itu lebih perwira.” Titik tangis mereka jatuh padanya umpama butir peluru. Hilai tawa mereka bagai penawar tak ternilai.Pada jiwanya,ada cinta. Yang masih diasuh supaya jatuhnya langsung tidak jauh pada landasan Yang Esa.

Apa saja yang berlaku, biarlah berlalu. Sejarah tak akan pernah dibiarkan menjarah sisa dirinya yang indah. Iblis tak akan dibenarkan menjaja hamis pada setiap kali desis. Dan pada Al-Qudus akan sentiasa dia berserah terus.

Inilah kisahnya. Itulah hidupnya. Dan dia masih bernyawa dalam drama pementasan dunia. Tapi yang nyata ini bukan sandiwara.

Kata orang, dia bukan calang-calang. Kata dia, “aku juga orang.”



Menulis dari ruang kamar,
070610




Idea untuk menulis banyak terhasil rentetan perbualan dengan seorang teman yang istimewa. SSSHHHH,sila fahamkan semula. Kalau kau kenali dia,kau pun akan kata dia seorang yang istimewa. Jadi,kredit penulisan kali ini dikongsi sama anda,ya orang tua!(*-*)~~~weeeee