Assalamualaikum..
I would like to take this opportunity to wish my fellow Hindu friends a very delightful Diwali @ Deepavali.
Curi gambar housemate,Dian Sakina@Diwali 2010
Wow!Tak semena-mena saja di awal Jurnal Jumaat aku dah bikin kontroversi. Ucapan selamat kepada individu yang meraikan perayaan agama mereka. Boleh kah? Persoalan ini agak selalulah diuar-uarkan bukan? Kalau ditanya pada aku boleh atau tidak, aku lebih cepat untuk memikirkan, salahkah?
Seperti di entri
ini,aku telah jelaskan betapa sederhananya didikan ilmu agama yang aku terima. Sekurang-kurangnya, asas agama aku kuat,InsyaAllah. Syukur Alhamdulillah,yang menganugerahkan aku kedua ibu bapa yang peka tentang perkara ini. Membesar dengan Ayah yang sering bertukar jabatan hinggalah ke Jabatan Kebudayaan Kesenian sekarang ini. Bila dah namanya Kesenian dan Kebudayaan kan,bukan sahaja aktiviti teater, sayembara puisi, Ambang Merdeka, Konsert JomHeboh malahan Rumah Terbuka Aidilfitri, Deeparaya,Tahun Baru Cina semuanya di bawah kelolaan mereka dan Ayah antara orang penting belakang tabir yang memastikan kelangsungan majlis-majlis ini. Tanpa Ayah,Siti Nurhaliza pun tak dapat duit
show dia.HAHAHAHA.TEEET di situ.
Berbalik pada persoalan kita,aku pernah tanyakan Ayah berkenaan perbuatan kita mengucapkan selamat atas perayaan agama selain daripada agama Islam,serta juga tindakan kita memberi hamper hadiah kepada mereka yang berlainan agama sempena perayaan keaagamaan mereka. Lalu Ayah jawabkan pada aku, "Kita ni hidup bermasyarakat Faridah. Haish,Ayah pun tak fahamlah apa yang nak dikecoh-kecohkan". Titik di situ. Dan semenjak itu tak pernah aku persoalkan lagi tindakan tersebut malah aku pun tanpa pernah gusar mengucapkan saja ucap selamat pada rakan-rakan yang menyambut perayaan agama mereka.
The Interns[Dr.]@Raya 2009
Tapi,jawapan Ayah aku itu mungkin tidak akan memuaskan hati banyak dari kalian. Aku faham. Alhamdulillah, itu tandanya kalian sedar yang jawapan tanpa berlandaskan nas-nas AlQuran dan Alhadis yang kukuh, nilainya sama saja dengan kosong. Jadi aku kongsikan di sini serba sedikit petikan jawapan dari Syeikh Yusuf al-Qardawi.
Al-Qur'an telah menjelaskan hubungan antara umat Islam dan yang lainnya dalam dua ayat surat Al-Mumtahanah. Surah tersebut diturunkan tentang orang-orang musyrik pagan (penyembah berhala). Dimana Allah berfirman,
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dan negerimu dan membantu -orang lain- untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zhalim."
(Al-Mumtahanah: 8-9)
Dua ayat tersebut membedakan antara non-muslim yang memiliki sikap damai dan sikap memerangi (memusuhi).
Rashdeep & Bob @Raya 2009
Kepada yang berbuat damai, Al-Qur'an mengajarkan agar kita berbuat baik (al-birr) dan berlaku adil (al-qisth) kepada mereka. Al-Birr itu melebihi keadilan itu sendiri. Adil adalah Anda mengambil hak Anda, sedangkan kebaikan adalah Anda memberikan sebagian hak Anda. Adil adalah memberikan hak kepada orang lain tanpa dikurangi sedikit pun, sedangkan kebaikan adalah menambah kebaikan terhadap orang lain.
Adapun ayat yang melarang untuk berbuat baik kepada non¬muslim adalah dari mereka yang memusuhi, memerangi, dan mengusir umat Islam dari negeri mereka dengan tanpa alasan yang benar - hanya karena umat Islam berkata, "Tuhan kami adalah Allah." Seperti yang telah dilakukan oleh suku Quraisy dan orang-orang musyrik Makkah kepada Rasulullah dan para sahabat.
Ulasan lebih lanjut...
"Bertakwalah di mana pun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, ia pasti akan menghapusnya. Serta bergaullah kepada manusia dengan akhlak yang baik."
Demikianlah, Nabi bersabda, "Bergaullah kepada manusia," bukan "bergaullah kepada umat Islam dengan akhlak yang baik." [HR. Ahmad (21354). Orang-orang yang menakhrij Musnad berkata, "Hasan lighairih. "Sanad hadits ini para rawinya kuat. Diriwayatkan juga oleh Ad-Darimi (2791), dan At-Tirmidzi (1988), dan Al-Hakim (1/54). At-Tirmidzi berkata, "Hadits hasan."]
Bersama Pei Seen & Deborah Anne @ Raya2009
Bolehnya mengucapkan salam dalam acara seperti ini, jika mereka - seperti yang ditanyakan oleh penanya- yang memulai mengucapkan selamat terhadap hari-hari Islam. Kita diperintah untuk membalas kebaikan dengan kebaikan, menjawab salam dengan salam lebih baik, atau paling sedikit dengan salam yang sama. Seperti firman Allah Ta'ala,
"Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah - dengan yang serupa."
(An-Nisaa': 86)
Seorang muslim tidak layak memiliki rasa hormat dan akhlak yang rendah. Karena, seorang muslim haruslah orang yang lebih bisa menghargai dan memiliki akhlak mulia. Sebagaimana ada dalam sebuah hadits,
"Orang mukmin yang memiliki keimanan paling sempurna adalah yang memiliki akhlak paling baik.”
[HR. Ahmad]
Persoalannya sekarang bukannya "boleh atau tidak".tetapi, "di manakah salahnya" kalau mahu mengucapkannya pun,kan? Kita kalau ingin mengajak dan mendekatkan mereka pada Islam,adakah akan berhasil jika kita saling menghindar dan bersikap skeptikal semacam ini?
...hidup di zaman kita sekarang, melihat kompleksiti hubungan antara manusia, dunia yang mendekat hingga menjadi desa kecil, keperluan umat Islam untuk berinteraksi dengan non¬Muslim, non-muslim menjadi dosen bagi umat Islam, keperluan dakwah untuk mengajak mereka kepada Islam, menampilkan gambaran Muslim dengan gambaran ramah bukan keras, dan kabar gembira bukan ketakutan, mengucapkan hari raya kepada tetangga, kawan, atau dosen bukan bererti keredhaan terhadap akidah dan kekufuran.
muka sembelit macam ini patut kena censored kan jugak.
muka konon angelic habis@CNY 2009
Wallua'lam...Sila
klik untuk melihat perbincangan lanjut.
Curi dari Facebook senior @ CNY2008